-->

KISAH JAKA TARUB DAN DEWI NAWANG BULAN

Post a Comment

Pada zaman dahulu kala di sebuah desa tinggalah seorang janda yang bernama mbok randha. Ia tinggal seorang diri karena telah lama suaminya meninggalkan dunia. Pada suatu hari ho ma ia kemudian mengangkat seorang anak laki-laki menjadi anaknya. Anak itu kemudian diberi nama Jaka Tarub.

 

Jaka Tarub adalah seorang anak yang rajin dan penurut kepada mbok randha. Waktu pun berlalu, Jaka Tarub akhirnya tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat tampan, gagah dan baik hati. Setiap hari, dia berusaha untuk selalu membantu ibunya. Ketampanan dan kebaikan Jaka Tarub menjadi terkenal di desa itu, banyak gadis-gadis cantik yang ingin menjadi istrinya, namun ia belum ingin menikah.
 
Pada suatu hari, secara tidak sengaja ia melewati sebuah telaga kemudian dia melihat ada para bidadari yang sedang mandi di telaga itu. Di telaga tersebut tampak ada tujuh bidadari cantik yang tengah bermain air, para bidadari itu saling bercanda dan bersukaria. Melihat kecantikan para bidadari itu, Jaka Tarub sangat terpesona.
 
 

 
Karena Jaka Tarub merasa terpikat dengan para bidadari itu, kemudian dia mengambil salah satu selendang dari mereka. Maka, setelah para bidadari itu selesai mandi, merekapun kemudian berdandan dan siap-siap untuk pulang kembali ke kahyangan.
 
Mereka kembali menggunakan selendangnya masing-masing, namun salah satu dari bidadari itu tidak dapat menemukan selendangnya. Maka saudara-saudaranya turut membantu mencari, namun walaupun hari sudah senja selendang itu tidak bisa mereka temukan. Karena hari sudah menjelang malam, mereka terpaksa meninggalkan salah satu saudari mereka yang bernama Nawang Wulan seorang diri di bumi karena mereka harus segera kembali ke kahyangan. Nawangwulan sangat bersedih karena dia tidak bisa pulang ke kahyangan.
 
Tidak lama kemudian datanglah Jaka Tarub menghampiri dan berpura-pura akan menolong bidadari itu. Diajaknya bidadari yang bernama Nawang Wulan itu untuk menginap di rumahnya. Lambat laun mulai muncul perasaan diantara mereka berdua Dan akhirnya mereka pun kemudian menikah.
 
Jaka Tarub dan Nawang Wulan hidup berbahagia, mereka kemudian memiliki seorang putri yang cantik bernama nawangsih. Sebelum mereka menikah, nawangwulan memberikan syarat kepada Jaka Tarub untuk tidak pernah menanyakan kebiasaan-kebiasaan yang akan dilakukannya setelah mereka menikah.
Salah satu kebiasaan dari Nawang Wulan adalah apabila dia memasak nasi, ia cukup menggunakan 1 butir beras saja. Dari 1 butir beras itu dapat menghasilkan nasi yang sangat banyak. Suatu ketika Jaka Tarub ini karena rasa penasaran yang sangat kuat melupakan janjinya kepada Nawang Wulan untuk tidak mencari tahu kebiasaan dari Nawang Wulan. Jaka Tarub membuka panci tempat Nawang Wulan memasak nasi, ia melihat setangkai padi masih tergolek di dalamnya, ia pun segera menutupnya kembali. akibat perbuatan tersebut Nawang Wulan menjadi kehilangan kekuatannya, iya harus menumbuk dan menampi beras untuk dimasak seperti wanita pada umumnya.
 
Pada suatu ketika Nawang Wulan hendak mengambil padi yang akan dia gunakan untuk menumbuk, kemudian tanpa sengaja dia melihat selendang bidadari nya terselip di antara tumpukan padi. Ternyata selendang itu disembunyikan oleh Jaka tarub di lumbung gabah.
 
Betapa marahnya nawangwulan, karena dia mengetahui bahwa yang telah mencuri selendangnya justru adalah suaminya sendiri. Maka, dia pun memutuskan untuk pergi ke kahyangan. Jaka Tarub yang mengetahui keadaan tersebut berusaha mencegah nawangwulan pergi dan meminta maaf kepadanya, agar istrinya tidak pergi lagi ke kahyangan. Namun tekad nawangwulan sudah bulat, ia akan meninggalkan Jaka Tarub tetapi dia akan tetap pergi ke bumi untuk menyusui anaknya dengan syarat Jaka Tarub tidak boleh bersama nawangsih ketika nawangwulan menemuinya. Iya ingin dibiarkan sendiri bersama anaknya di telaga.
 
Jaka Tarub sungguh menyesal, ia menahan rasa sedih yang sangat dalam, tetapi dia berusaha tegar karena menyadari bahwa hal tersebut memang kesalahannya. Setelah Jaka Tarub menyatakan kesanggupannya untuk tidak bertemu lagi dengan Nawang Wulan, maka sang bidadari pun kemudian terbang meninggalkan dirinya dan nawangsih.

Related Posts

Post a Comment