-->

KISAH HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD KE MADINAH

Post a Comment
Ini adalah kisah Hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Madinah. Sesudah beliau mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk pergi melaksanakan hijrah, Nabi Muhammad mulai memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah secara sembunyi- sembunyi secara bertahap mengarah ke Yatsrib (Madinah). Peristiwa itu terjadi pada saat tahun 622 H atau tahun ke-13 dari kenabian.

Para sahabat yang awal pertama kali berhijrah ke Yatsrib, di antara lain ialah  Abu Salamah bin Abdul Asad beserta istrinya; Ummu Salamah, Amir bin Abi Rabiah bersama istrinya, Laila, disusul kemudian Abdullah bin Jahsyin, setelah itu secara bergelombang disusul oleh para sahabat lainnya. perjalan para sahabat ke kota Yatsrib mengalami cobaan yang luar biasa, mereka yang ketahuan berhijrah akan ditangkap kemudian dihukum secara semena-mena oleh para kafir Quraisy, hanya Umar bin Khattab saja salah satunya sahabat yang berhijrah secara terang- terangan, karena beliau termasuk sahabat yang paling berani dan pandai dalam bertarung.

Nabi Muhammad Hijrah


Para musyrikin Makkah mulai merasa  jengkel mendengar kabar kaum muslimin Makkah yang telah banyak meninggalkan kota Makkah menuju Kota Yatsrib. Mereka takut ajaran Nabi Muhammad menjadi meluas dan dari situ kekuatan Islam akan meningkat menjadi lebih  kokoh, sehingga akhirnya akan menyerang kekuatan mereka di Makkah.

Para pemuka Quraisy kemudian berkumpul di Darun Nadwah buat membahas strategi pencekalan Nabi Muhammad SAW agar gagal meninggalkan Makkah, rencananya mereka akan membunuh Nabi muhammad saw. Kesimpulannya, diputuskan suatu keputusan bulat untuk mengeksekusi Nabi Muhammad dengan cara licik. Supaya nantinya pembunuhan tersebut tidak memperoleh tuntutan balas dendam dari Bani Abdi Manaf suku suku dari Nabi Muhammad SAW, mereka bersepakat agar yang melaksanakan eksekusi haruslah dari para pemuda gagah berani dari koalisi bermacam suku bangsa Quraisy. Agar suku Nabi tidak berani menuntut balas.

Berita mengenai hal tersebut, kemudian tersebar ke telinga Nabi. Sesaat sebelum berangkat hijrah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada Sayyidina Ali bin Thalib untuk mengambil alih posisi tempat tidurnya. Nabi meyakinkan kepada Sayyidina Ali kalau tidak akan terjadi hal apa- apa dengan Ali bin Thalib. Sayyidina Ali juga diperintahkan buat mempersiapkan banyak barang, amanah penduduk Makkah yang dikembalikan pada pemiliknya.

Pagi dini hari, saat sebelum Nabi SAW meninggalkan rumah, para pemuda Quraisy dengan pedang terhunus sudah mengepung sekitar rumah Nabi SAW serta siap membunuhnya bila keluar meninggalkan rumah. Mereka menunggu saat yang tepat. Pada disaat seperti itu, turunlah Jibril menurunkan wahyu:" Dan Kami adakan dinding di hadapan mereka dan di balik mereka dinding( pula) dan Kami tutup penglihatan mereka dan sekali- kali mereka tidaklah bisa melihat."[QS Yasin[39]: 9]

Nabi Muhammad SAW membaca wahyu tersebut sambil meniupkan ke arah luar rumah. Dengan izin Allah, sekelompok pemuda kafir musyrikin itu terbuat kantuk berat serta tertidur pulas menjelang petang. Nabi melangkah meninggalkan rumah dia dengan tenang tanpa diketahui gerombolan Quraisy tersebut.

Sehabis terbangun mereka lekas memasuki rumah Nabi SAW, tetapi tidak lagi didapati Nabi kecuali hanya terdapat Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang lagi tiduran di kasur mengambil alih posisi Nabi. Misi pemuda Quraisy tersebut menewaskan Nabi SAW berakhir dengan gagal total.

Pada siang hari itu, yaitu hari Senin, maka Nabi mengawali hijrah meninggalkan Kota Makkah. Sebagai langkah awal beliau kemudian  menuju ke rumah Abu Bakar bin Shiddiq dengan jalan menyamar agar tidak dikatahui orang-orang. Sesampai di situ, Abu Bakar telah siap menunggu dengan seekor unta serta perbekalan seadanya. Abu Bakar sudah mempersiapkan 2 ekor unta menuju Yatsrib yang hendak ditempuh kurang lebih 480 Kilometer ataupun biasa dicapai dengan berkendara menggunakan unta selama 10 hari.

Di dalam rumah Abu Bakar, Nabi SAW mengendalikan strategi hijrah supaya bisa mengelabui kafir Quraisy yang barang tentu hendak melaksanakan pengejaran sampai ke Yatsrib. Nabi memutuskan memutar haluan mengambil jalan berlainan ke arah selatan dengan mengarah ke Yaman terlebih dahulu. Sedangkan untuk mengarah ke Yatsrib semestinya ke arah utara dengan cara bersembunyi dulu di Gua Tsur beberapa hari.

Abu Bakar juga mengatur membagi tugas-tugas khusus pada putranya Abdullah bin Abi Bakar selaku intelijen pencari data tentang pergerakan kafir Quraisy yang memberi tahu tiap malam ke Gua Tsur. Sebaliknya putrinya, yaitu Asma binti Abi Bakar bertugas bagaikan pemasok makanan susu serta daging tiap hari sepanjang persembunyian mereka di sana. Pembantunya Amir bin Fahirah diperintahkan mengembalakan kambing di dekat gua Tsur buat menutup sisa jejak unta kepunyaan Abu Bakar di atas padang pasir supaya rute ekspedisi hijrah Nabi Muhammad serta Abu Bakar tidak bisa dilacak oleh kafir Quraisy.

Pemuda kafir Quraisy pernah melaksanakan penyisiran sampai gua Tsur. Mereka nyaris saja mendeteksi persembunyian Nabi SAW serta Abu Bakar. Nyaris saja keduanya tertangkap serta terbunuh. Pada saat itu, Abu Bakar sedemikian khawatirnya bahwa Nabi SAW akan terbunuh. Hingga turunlah surah at- Taubah ayat 40 dimana Allah SWT menenangkan hati kekasih-Nya," Janganlah khawatir serta sedih sesungguhnya Allah bersama kita!" Wahyu tersebut, Nabi SAW ucapkan buat menenangkan hati Abu Bakar bin Shidiq.

Allah juga menyelamatkan mereka berdua dengan memerintahkan sepasang burung merpati bersarang di mulut gua kemudian ada sarang laba- laba yang mengindikasikan kalau gua tersebut telah lama belum pernah dimasuki seseorang juga, sehingga kafir Quraisy yang dipandu Umayah bin Khalaf batal memasuki gua, karena menganggap gua tersebut kosong.

Pada hari ke- 3, sesuai rencana awal yang pernah dibuat antara Abu Bakar dengan Abdullah bin Arqayat, ia tiba ke Gua Tsur untuk menolong selaku orang yang dibayar sebagai penanda jalan mengarah Yatsrib dengan mengambil jalur yang tidak biasa dilalui orang-orang. Sementara itu Abdullah bin Uraiqhit ataupun Abdullah bin Arqayat ini seseorang musyrikin Makkah yang menawarkan jasanya secara handal dan prosfesional, tidak berkhianat.

Nabi SAW memerlukan seseorang pemandu diakibatkan rute ekspedisi yang mereka tempuh bukan rute ekspedisi yang biasa ditempuh oleh mayoritas orang, melainkan rute alternatif yang tidak banyak dikenal untuk menjauhi pengejaran kafir Quraisy. Di hari ke- 3, Nabi SAW, Abu Bakar beserta Abdullah Arqayat mulai melaksanakan perjalanan hijrah dengan memakai seekor unta dengan rute memutar berputar arah tujuan mengarah Yaman.



Di Kota Makkah, kafir Quraisy yang gagal menemukan jejak  dari Nabi Muhammad SAW dan Abu bakar kemudian mengadakan sayembara yang diumumkan di pasar Oukaz serta sekeling Kabah, kalau siapa saja yang sukses dan berhasil menangkap Muhammad, baik dalam kondisi hidup ataupun mati ia bakal memperoleh hadiah 100 ekor unta.

Seseorang kafir Quraiys bernama Suraqah bin Malik al- Mudlaji tertarik dengan hadiah sayembara itu. Ia lekas memacu kudanya untuk melaksanakan penyisiran sekaligus pengejaran hijrahnya Nabi SAW menuju Yastrib. Di tengah gurun pasir yang luas, Suraqah menangkap bayangan 3 orang yang lagi melaksanakan perjalanan mengarah arah ke Madinah, dia kemudian mengejar orang yang dilihatnya tersebut.

Dengan pedang terhunus, ia memacu kudanya dengan penuh semangatnya, tetapi ternyata kudanya jatuh terjungkal. Suraqah yang bernazar membunuh Nabi SAW terjatuh, melihat hal tersebut justru dia ditolong oleh Nabi SAW. Suraqah kemudian menyadari kesalahannya, ia memohon diampuni serta menyatakan masuk Islam saat itu.

Pada hari ketiga, hari Kamis, tibalah Nabi SAW di Desa Quba, selama beberapa hari Nabi saw berada di situ, Nabi kemudian mendirikan suatu masjid. Itulah masjid pertama kali yang dibangun dalam sejarah Islam. Hingga hari ini masjid tersebut diketahui dengan nama Masjid Quba.

Pada hari Jumat, di Quba Nabi Muhammad SAW berjumpa kembali dengan Sayyidina Ali bin Thalib yang ikut menyusulnya. Di sini pula lah Nabi menerima keislaman Salman al- Farisi; seseorang penganut agama Kristen yang berasal dari Persia. Sepanjang 4 hari di Quba, Nabi serta para sahabat kemduian melanjutkan perjalanan menuju Kota Yatsrib.

Tadinya, Nabi ditemui oleh Zubair bin Awwam yang kala itu berumur 21 tahun yang mengantarkan jubah putih supaya dikenakan Nabi SAW dikala memasuki kota Yatsrib. Ekspedisi hijrah Nabi berlangsung sepanjang 14 hari, walaupun umumnya biasanya ditempuh dalam 10 hari, hal ini diakibatkan Nabi bertahan di gua Tsur sepanjang 3 hari. Para penduduk di Madinah senantiasa menunggu kehadiran Nabi SAW di suatu tempat bernama Harrah; tempat di suatu perbukitan batu gelap yang memungkinkan dapat melihat rombongan Nabi dari kejauhan.

Pas pada hari Senin, 16 Rabiul Awwal ataupun bersamaan 20 September 622 M, Nabi saw disambut suka cita oleh segenap penduduk Yatsrib dengan sambutan iringan daff atau tabuhan gendang rebana diiringi syair" Thalaal badru alaina" Nabi SAW pun akhirnya memasuki kota Yatsrib. Kehadiran Rasulullah SAW di Yatsrib diperebutkan oleh penduduk kalangan muslimin, mereka berebut menarik tali kekang unta beliau untuk mengajak Rasulullah bertempat tinggal di rumah mereka.

Tetapi, Rasulullah memohon biarlah untanya sendiri yang memastikan dimana beliau bertempat tinggal. Unta yang ditunggangi oleh Rasulullah, akhirnya berhenti di pekarangan rumah Abu Ayyub al-Anshari, seorang muslim yang melarat lagi miskin. Di sanalah Rasulullah, mengawali bertempat tinggal beberapa bulan, saat sebelum akhirnya dia membangun masjid Nabawi serta beberapa kamar untuk beliau tinggali di atas suatu tanah yang dibeli dari kakak beradik yatim piatu di Yatsrib tersebut.

Tidak lama setelah itu, Rasulullah mengganti nama Yatsrib menjadi nama baru" Madinah al- Munawwarah" yang maksudnya" Kota Baru yang Bersinar". Setelah itu, Khalifah Umar bin Khattab menjadikan kejadian hijrah pada tahun 622 H ataupun bersamaan 20 September 622 M. Peristiwa inilah yang dijadikan momentum awal tahun baru Islam 1 hijriyyah dalam penanggalan umat Islam sampai hari ini.

Demikian kisah hijrahnya nabi Muhammad ke Madinah, dakwah Rasulullah bersama para sahabatnya yang penuh dengan perjuangan yang sangat menggetarkan demi menegakkan li’ ila kalimatillah, sehingga Islam pun tersebar ke segala penjuru dunia sampai hari ini.

Related Posts

Post a Comment