-->

KISAH BILAL BIN RABBAH SI PEMILIK SUARA EMAS

1 comment
Ini adalah kisah Bilal Bin Rabbah Si pemilik suara emas. Bilal bin Rabah merupakan seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (Ethiopia) yang telah memeluk agama Islam ketika beliau masih menjadi budak dari Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir, Bilal tumbuh di kota Ummul Qura (Mekah), dia menjadi budak milik keluarga bani Abduddar, karena ayahnya Rabbah juga seorang budak. Dia adalah  salah satu dari  sahabat Nabi yang dipilih untuk pertama kali mengumandangkan azan karena suaranya yang bagus. Hal ini berlangsung pada tahun pertama Hijriah.

Ketika dia ketahuan memeluk agama Islam oleh Umayyah bin Khalaf , maka majikannya berusaha agar Bilal kembali ke agama leluhurnya, dia terus-terusan disiksa setiap hari oleh majikannya tersebut  agar meninggalkan Islam. Penganut Islam awal seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga dan kabilah yang dapat membela mereka. Akan tetapi, bagi orang-orang yang tertindas (mustadh’afun), kalangan muslim dari golongan hamba sahaya dan budak, mereka tidak memiliki siapa pun yang dapat membela mereka, hal ini membuat orang-orang Quraisy dapat menyiksanya sesuka hati dan tanpa belas kasihan. Orang-orang Quraisy itu ingin menjadikan penyiksaan mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi setiap orang yang berniat mengikuti ajaran Muhammad.
Ketika matahari tepat di atas langit,  padang pasir Mekah berubah menjadi tempat yang begitu panas, orang-orang Quraisy itu akan mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas tersebut, mereka memakaikan baju besi pada tubuh mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik, atau juga membuka seluruh baju yang dikenakannya sehingga panas matahari membakar kulit mereka. Tidak hanya itu, orang-orang Quraisy itu juga mencambuk tubuh mereka, kemudian memaksa mereka untuk menghujat dan menghina Nabi Muhammad saw. Saat itu, Abu Bakar Ash-Shidiq menemukan Bilal bin Rabah di bawah terik matahari dalam keadaan tubuh tertindih batu besar. Bilal sedang mendapatkan hukuman dari majikannya yang bernama Umayyah di tengah padang pasir yang sangat panas sedangakan lehernya dalam keadaan terikat.

Beberapa siksaan tersebut terasa sangat berat, sedangkan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lama semakin lemah untuk dapat menahannya, beberapa dari mereka terpaksa mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa tubuh mereka, tetapi hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal , dia sangat kuat pendirian, siksaan tersebut tidak membuat dirinya lemah, keyakinannya terhadap Islam begitu kuat melekat di dada budak sahaya tersebut. Padahal keadaan Bilal sangat memprihatinkan, dia ditelentangkan dengan menghadap matahari, kemudian dadanya ditindih dengan batu yang besar, napas Bilal tersengal-sengal karena perlakuan majikannya tersebut.



Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama teman-temannya, Umayyah dengan kejamnya menyiksa Bilal dan berkata, "Kamu tidak akan pernah kulepaskan dari siksaan ini sampai kamu mau mendustakan Muhammad dan kembali mengikuti agamamu yang dulu. Kamu harus menyembah Latta dan Uzza kembali", ucap Umayyah dengan keras. Bilal menjawab ucapan mereka, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Maka, Jawaban Bilal tersebut membuat siksaan dari mereka menajdi semakin hebat dan keras. Bilal menjawab siksaan yang diterimanya dengan berucap lirih "Ahad! Ahad! Ahad!" Maksudnya adalah mengucap Allahu itu Ahad (Allah Yang Maha Esa), karena agama kaum kafir Quraisy memiliki banyak dewa-dewa dan berhala yang bermacam-macam. Umayah terus melakukan penyiksaan terhadap Bilal dan kaum muslim tertindas lainnya, karena ingin mengembalikan Bilal kepada agamanya yang lama.
Apabila orang-orang kafir Quraisy itu merasa lelah dan bosan menyiksa,  Umayyah bin Khalaf akan mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu kemudian memberikannya kepada teman-temannya dan anak-anak mereka, ditariknya Bilal di jalanan kemudian mereka menyeretnya di sepanjang jalan Abthah Mekah.

Baca Juga

Suatu ketika Abu Bakar mendengar penyiksaan yang dilakukan orang-orang kafir Quraisyi tersebut, sebagai seorang saudagar kaya, dia merasa bahwa sesama muslim harus saling melindungi. Maka,  Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu kemudian mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya, agar Bilal dapat selamat dari penyiksaan Umayah. Umayyah yang mendapat penawaran dari Abu Bakar, muncul sifat kikirnya, dia menaikkan harga budaknya menjadi berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya dengan harga yang mahal tersebut. Tapi ternyata tidak disangka, bahwa Abu Bakar tetap menyetujuinya, walaupun dia harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas.
Setelah transaksi jual beli dilangsungkan, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, apabila tadi engkau menawar sampai satu uqiyah saja, maka aku pasti akan memberikannya.” Abu Bakar kemudian membalas, “Seandainya engkau juga memberi tawaran seratus uqiyah-pun, maka aku juga tidak ragu untuk membelinya.” Sungguh besar pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam. Setelah itu, Bilal dibawa oleh Abu Bakar menuju ke rumahnya, Bilal kemudian dirawat dan diobati luka-lukanya. kemudian, Abu Bakar memberitahukan perihal tersebut kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya ia telah membeli dan menyelamatkan Bilal dari siksaan Umayah. Rasulullah Shalallahu berkata kepadanya, “Kalau seperti itu, biarkan aku membantumu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.” Abu Bakar  menjawab, “Aku telah memerdekakan Bilal, wahai Rasulullah.”

Disaat Rasulullah melaksanakan hijrah menuju Yatsrib (Madinah al-Munawaroh setelah kedatangan Nabi), Bilal selalu menemani dan berusaha menjaga Rasullulah kemana pun beliau pergi, termasuk dalam setiap peperangan yang dilakukan kaum muslimin. Di Kota Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr.  Kebersamaan Bilal dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seperti bayangan yang tidak pernah lepas dari pemiliknya.

Pada Awal dilaksanakannya shalat berjamaah, kaum muslimin untuk mengetahui datangnya waktu salat, mereka terlebih dahulu  akan berkumpul terlebih dahulu kemudian merundingkan dan menentukan waktunya. Hal tersebut dirasa agak menyulitkan, kemudian Nabi Muhammad memanggil salah satu sahabat untuk membunyikan terompet. Hal ini kemudian dirubah, karena beliau beranggapan bahwa orang Yahudi menggunakan cara yang sama untuk memanggil kaumnya, dengan buyi terompet.

Suatu saat datanglah kepada Rasulullah seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Zaid. Abdullah bin Zaid ini telah bermimpi bahwa dia bertemu seorang pria yang menggunakan dua helai kain hijau dengan membawa lonceng. Dalam mimpinya Abdullah menawarkan diri untuk membeli bel tersebut, bel tersebut akan digunakan untuk memanggil orang-orang untuk salat.tetapi, pendapat ini kurang disetujui karena menyerupai panggilan orang-orang Nasrani.

Mohon Sukai Halaman Facebook kami untuk selalu terhubung dengan kami.

Abdullah kemudian kembali menawarkan kepada Rasulullah SAW panggilan salat yang lebih baik lagi, yaitu dengan menggunakan seruan saja. Yaitu empat kali seruan "Allahu Akbar" dua kali seruan "Asyhadualla Ilaaha Illallah" dua kali seruan "Asyhadu Annamuhammadarrasulullah" lalu dua kali "Hayya 'Alas Shalah" dan dua kali seruan "Hayya 'Alal Falah" lalu "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah".

Pendapat Abdullah ini disetujui oleh Nabi Muhammad SAW, Nabi kemudian memintanya untuk segara menemui Bilal untuk mengajarkan azan tersebut padanya. Menurut Nabi saw, Bilal adalah sosok yang paling tepat untuk melakukan Adzan karena Bilal memiliki suara yang indah. Selain itu Bilal juga mempunyai suara yang keras sehingga dapat menjangkau jarak jauh sekalipun. Bilal kemudian menjadi muadzin yang pertama untuk mengumandangkan adzan di kota Yatsrib atau Madinah al-Munawaroh. Setalah peristiwa ini, maka Bilal menjadi Muadzin tetap di masjid Nabawi sampai akhir hayat Nabi Muhammad saw.

Setelah Rasul meninggal. Ketika Bilal beradzan, setelah sampai di kalimat "Allahu Akbar" dan hendak mengucap nama Rasulullah, dia selalu tidak mampu melakukannya, dia terhenti dan menangis terisak mengingat Nabi Muhammad saw.  Bilal selalu menangis, karenanya dia tidak dapat meneruskan azannya. Dia kemudian berkata bahwasanya tidak akan pernah lagi mengumandangkan adzan.

Karena kenangan bersama Nabi begitu kuatnya di benak Bilal, dia kemudian meminta Abu Bakar untuk membiarkannya pergi ke Suriah (misi peperangan) dan kemudian diapun menetap di Kota Damakus hingga akhir hayatnya. Setelah Rasulullah SAW meninggal, Bilal hanya mengumandangkan azan sebanyak dua kali saja, yaitu saat Umar bin Khattab datang ke Damakus dan ketika dia berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah.  Itulah kisah Bilal Bin Rabbah si pemilik suara emas.

Related Posts

1 comment

  1. Lucky Club: Review, Deposit Bonus & Free Spins - Lucky
    Lucky Club. Review, Deposit luckyclub.live Bonus & Free Spins. Welcome bonus up to $2,000. Bonus is up for grabs as soon as you open an account

    ReplyDelete

Post a Comment